Menurut
artikel “Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2”, pelaksanaan diet penderita Diabetes
Mellitus adalah asupan
karbohidrat dan serat yang sesuai
dengan kebutuhan pasien dapat
membantu mengendalikan kadar gula darah dalam batas normal. Salah satu upaya
pencegahan DM adalah dengan perbaikan pola makan melalui pemilihan
makanan yang tepat. Semakin rendah penyerapan karbohidrat, semakin rendah kadar
glukosa darah. Kandungan serat yang tinggi dalam makanan akan mempunyai indeks
glikemik yang rendah sehingga dapat memperpanjang pengosongan lambung yang
dapat menurunkan sekresi insulin dan kolesterol total dalam tubuh.
(Ucik Witasari, Setyaningrum Rahmawaty, 2009)
Menurut
artikel “Sistem untuk Konsultasi Menu
Diet bagi Penderita Diabetes Mellitus Berbasis Aturan”, pelaksanaan diet penderita Diabetes Mellitus adalah mengatur
menu makanan yang dikonsumsi. Agar konsumsi makanan seimbang, penderita harus
mengetahui komposisi makanan yang benar. Salah satu cara mengetahui komposisi
makanan adalah melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan,
seperti dokter, perawat, ahli gizi, dll.
Sistem
berbasis aturan adalah teknologi untuk konsultasi menu diet bagi penderita
Diabetes Mellitus. Penyusunan diet bagi penderita Diabetes Mellitus sulit dilakukan karena memerlukan
pengetahuan pakar, sedangkan jumlah pakar terbatas, sehingga diperlukan program bantu untuk mempermudah dan
memberikan solusi alternatif
bagi penderita untuk memperoleh diet yang sehat dan seimbang. Program bantu tersebut yaitu dengan sistem
berbasis aturan. Sistem berbasis
aturan ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman php versi 5,
didukung dengan MySQL sebagai basis datanya. Sistem ini memiliki dua menu utama,
diantaranya menu konsultasi dan menu utama. Tujuan rancang bangun sistem
berbasis aturan ini adalah agar
pemakai dapat melakukan konsultasi terhadap komposisi makanan dan diet seimbang
untuk membantu proses
penyembuhan yang diderita pasien. Perancangan sistem ini menggunakan rule based reasoning yang disimpan
dalam basis data menggunakan mesin inferensi kedepan (forward chaining) dan aturan RSCM.
Basis pengetahuan ini dihasilkan melalui wawancara dan studi pustaka kepada pakar atau ahli gizi
yang telah berpengalaman di bidangnya. Hasil dari penelitian ini dapat
mengetahui komposisi menu diet yang sesuai dengan jumlah kebutuhan kalori yang dibutuhkan pasien dengan tingkat akurasi
100%. (Perwira, 2012)
Menurut artikel yang ke-3 dengan
judul “Effect of Knowledge on Nutrition
Diet Behavior with Attitude to Mediation Functional Foods for Diabetes Mellitus
Patients in Surabaya”, menjelaskan bahwa pelaksanaan diet penderita
Diabetes Mellitus yaitu diet kalori seimbang dengan memperhatikan pedoman 3J ( jadual makan, jumlah dan jenis makanan). Hartono (1995) dalam (Susanti & Tedjasukmana, 2012). Dengan memperhatikan gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Adapaun pelaksanaan diet seperti mengkonsumsi makanan yang rendah
kadar karbohidrat, mengandung kadar lemak tak jenuh tinggi, mengandung kadar
serat tinggi, dan mengkonsumsi
buah dan sayur yang mengandung kadar lemak rendah.
Artikel selanjutnya berjudul “Hubungan Tingkat Self Care dengan
Tingkat Hba1c pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung”, menjelaskan bahwa pelaksanaan diet penderita
Diabetes Mellitus adalah perencanaan
makan, upaya menjalankan latihan fisik/olahraga, pengontrolan gula darah
teratur, serta penanganan segera terhadap hipoglikemik. La Greca, et al (2005)
dalam (Kusniah, Nursiswati, & Rahayu, 2010)
Adapun
pelaksanaan diet penderita Diabetes Mellitus menurut artikel “Hubungan
Pengetahuan tentang Diet Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet
pada Penderita Diabetes Mellitus”, adalah dengan mengatur pola dan jenis
makanan untuk menjaga kondisi kadar gula dalam tubuh penderita Diabetes Mellitus.
Yang terpenting di sini adalah kepatuhan penderita Diabetes Mellitus dalam melaksanakan
diet. Masih banyak yang belum patuh dalam menerapkan diet, khususnya untuk
indikator jenis makanan. Jadi, kepatuhan merupakan salah satu yang harus selalu
diperhatikan dan diterapkan agar mendukung pelaksanaan diet bagi penderita
Diabetes Mellitus. (Purwanto, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Kusniah, Y., Nursiswati, & Rahayu, U. (2010). Hubungan
Tingkat Self Care dengan Tingkat Hba1c pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Keperawatan, (4).
Retrieved from http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-1-nas.pdf
Perwira, R. I. (2012). Sistem untuk Konsultasi Menu Diet bagi
Penderita Diabetes Mellitus Berbasis Aturan. Teknologi, 5 Nomor 2,
104–113. Retrieved from jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/104-113
rifki.pdf
Purwanto, N. H. (2013). Hubungan Pengetahuan tentang Diet
Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita Diabetes
Mellitus, 1, 1–7. Retrieved from
http://www.dianhusada.ac.id/jurnalimg/jurper1-1-nas.pdf
Susanti, C. E., & Tedjasukmana, B. (2012). Effect Of
Knowledge On Nutrition Diet Behavior With Attitude To Mediation Functional
Foods For Diabetes Mellitus Patients In Surabaya. Conference In Business,
Accounting And Management (Cbam) 2012, 1(Vol 1, No 1 (2012):
Conference In Business, Accounting And Management (Cbam) 2012), 151–164.
Retrieved from http://journal.unissula.ac.id/cbam/article/view/300
Ucik Witasari, Setyaningrum Rahmawaty, S. Z. (2009). Hubungan
Tingkat Pengetahuan, Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar
Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2, 10(2), 130–138.
Retrieved from www.academia.edu/download/30567009/4._ucik_c.pdf